Perempuan Bangsawan di Persia Kuno: Jejak Kekuasaan yang Tersembunyi
Di balik keagungan Raja Darius dan Xerxes, berdirilah perempuan-perempuan bangsawan Persia yang mengelola tanah, memimpin rombongan, dan mengatur ekonomi Kekaisaran. Mereka bukan hanya pelengkap istana—mereka adalah pemimpin.
Ketika Tablet Berbicara
Pada awal abad ke-20, para arkeolog menemukan ribuan tablet tanah liat di reruntuhan kota Persepolis, ibu kota administratif Kekaisaran Achaemenid (550–330 SM). Awalnya, tablet itu hanya dianggap catatan birokrasi biasa. Namun setelah diterjemahkan, para sejarawan tercengang.
Nama-nama perempuan muncul berkali-kali. Bukan sebagai istri atau selir, tapi sebagai pengelola wilayah, pemberi perintah distribusi makanan, dan bahkan pemimpin ekspedisi perjalanan.
Siapa Mereka?
Salah satu nama paling mencolok adalah Irdabama. Ia bukan ratu, melainkan bangsawan kelas tinggi yang kemungkinan besar memiliki hubungan keluarga dengan Raja Darius I.
Dalam catatan administratif, Irdabama:
-
Memiliki ribuan pekerja di beberapa wilayah.
-
Mengelola ladang anggur, gandum, dan ternak di wilayah luas.
-
Memberikan tunjangan pangan kepada para pelancong, pekerja, bahkan pejabat kerajaan.
-
Melakukan perjalanan panjang antarprovinsi—dalam kapasitas resmi, bukan pribadi.
Irdabama bukan satu-satunya. Ada banyak nama perempuan lain seperti Artunis dan Parnaka yang juga menjalankan tugas serupa, menunjukkan bahwa ini adalah praktik umum dalam struktur kekuasaan Achaemenid.
Lupakan Stereotip Timur Kuno
Seringkali, sejarah kuno digambarkan sangat patriarkal. Tapi bukti dari Persepolis berkata lain: perempuan bangsawan di Persia kuno memiliki otoritas ekonomi, logistik, dan administrasi. Mereka mengontrol sumber daya vital, terlibat langsung dalam pengambilan keputusan, dan bahkan mempekerjakan pria dalam unit kerja mereka.
Tak seperti di Yunani Kuno, di mana perempuan dari kelas atas sering terisolasi di rumah, perempuan bangsawan Persia berperan aktif di ruang publik dan administrasi negara.
Kekuasaan yang Terhapus Waktu
Sayangnya, banyak dari kisah mereka hilang saat Kekaisaran Persia runtuh di tangan Alexander Agung. Sejarah kemudian ditulis ulang dari sudut pandang Yunani dan Romawi, yang sering menyepelekan atau menghapus peran perempuan di kekaisaran Timur.
Dalam historiografi Barat, nama-nama seperti Irdabama nyaris tak pernah muncul. Ia bukan Cleopatra. Tapi perannya dalam menggerakkan logistik kekaisaran seluas 5.5 juta km² mungkin justru lebih monumental.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kisah para perempuan bangsawan Achaemenid menunjukkan bahwa:
-
Kekuasaan bukan hanya milik raja atau jenderal.
-
Perempuan, terutama dari kalangan elite, memainkan peran penting dalam struktur negara kuno.
-
Sejarah yang kita pelajari hari ini sering kali dipersempit oleh lensa kebudayaan penulisnya.
Perempuan, Kekuasaan, dan Narasi Sejarah
Di era modern ini, penting untuk meninjau ulang narasi lama. Bukan untuk memaksakan interpretasi baru, tapi untuk mengembalikan suara yang pernah dibungkam.
Perempuan seperti Irdabama pernah memimpin armada pekerja, mengelola tanah yang luas, dan menjaga roda ekonomi Kekaisaran Persia tetap berputar. Ia mungkin tidak dikenal dunia, tapi dunia yang kita kenal hari ini berdiri di atas kerja dan warisannya.
Tertarik dengan kisah tersembunyi lainnya dari sejarah Persia? Jangan lupa follow blog ini dan bagikan artikel ini ke teman-temanmu. Sejarah bukan milik pemenang saja—ia juga milik yang terlupakan.

Komentar
Posting Komentar